Wednesday, 25 January 2017

Awal Dieselisasi di Indonesia

Berkas:Logo DKA - PJKA.jpg
Logo DKA

Pada tahun 1953, Djawatan Kereta Api (DKA) mulai mendatangkan lokomotif diesel electric CC 200 buatan pabrik General Electric Co. (GE) Amerika Serikat. Inilah lokomotif diesel pertama yang dimiliki Indonesia. Lokomotif CC 200 ini mengawali era dieselisasi dan sekaligus lompatan teknologi untuk perkeretaapian di Indonesia.

Image result for lokomotif cc 200
Lokomotif CC 200

DKA membeli lokomotif CC 200 sebanyak 27 unit. Sejak itu pula lokomotif asal paman sam ini perlahan-lahan mulai menggantikan dinasan lokomotif uap yang mulai menua baik untuk menarik kereta penumpang maupun kereta barang. Pada waktu itu lokomotif CC 200 memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan lokomotif uap. Lokomotif berkabin ganda ini dapat melewati hampir seluruh lintasan kereta api. Itulah sebabnya gelombang impor lokomotif diesel terus berlanjut, baik lokomotif diesel elektrik maupun diesel hidrolik. Diantaranya: C 300, C 301, D 300, D 301, BB 300, BB 302, BB 303, BB 304, BB 200, BB 201, dan BB 202.
Image result for lokomotif bb 200
Lokomotif BB 200
Image result for lokomotif bb 201
Lokomotif BB 201

Image result for lokomotif bb 202
Lokomotif BB 202

Namun lokomotif-lokomotif yang didatangkan tersebut, semuanya berkekuatan dibawah lokomotif CC 200, yakni 1.750 HP. Oleh karena itu, ketika sebuah kapal besar asal Amerika Serikat merapat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta pada tahun 1977, dengan membawa tujuh lokomotif yang lebih perkasa dibanding lokomotif CC 200, para petinggi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) menyambutnya dengan wajah “sumringah”. Lokomotif diesel elektrik generasi kedua CC 200 ini dikabarkan memiliki kekuatan yang lebih tangguh, 1.950 HP. Lokomotif ini diberi nomor seri CC 201.


Image result for lokomotif cc 201 pertama kali
Lokomotif CC 201

Tuesday, 24 January 2017

Asal Mula CC 201 di Indonesia

Image result for lokomotif cc 201 pt.kai
Lokomotif CC 201 77 07

Sebelum diberi nama lokomotif CC 201, di tingkat perkeretaapian dunia lokomotif andalan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) ini dikenal dengan sebutan lokomotif U-18C. Lokomotif hasil rekayasa para desain engineer pabrik lokomotif General Electric (GE), Amerika Serikat ini, sangat prima sehingga banyak diimpor oleh berbagai negara, diantaranya: Brazil, Argentina, Nigeria, Mozambik, dan Turki. Lokomotif ini banyak diekspor GE ke Afrika Selatan dan digunakan oleh South Africa Railway (SAR). Lokomotif U-18C bersaing ketat dengan lokomotif buatan ALCO seri DL500 yang juga memiliki tenaga 1950/1800 HP.
            Seri U-18C artinya adalah: U= Universal Series; 18= bertenaga 1800 HP; dan C adalah konfigurasi gandar penggerak Co’-Co’ (3+3). Lokomotif seri ini diminati pasar dunia karena kekuatannya. Lokomotif keluarga seri U ini diberi mesin diesel seri GE 7FDL-8, sehingga mampu berlari sekitar 100 km/h. Lokomotif U-18C adalah bagian dari keluarga besar lokomotif seri U.

Lokomotif-lokomotif seri U lainnya, adalah: U-4B, U-6B, U-9B, U-9C, U-12B, U-12C, U-18B, U-18C, dan UD-18B. Pabrik lokomotif GE sudah memproduksi seri earlier locomotives ini sejak tahun 1956 di Arie, Pennsylvania, Amerika Serikat. Tujuh dari seri tersebut yaitu: U-4B, U-6B, U-9B, U-9C, U-12B, U-12C, dan U-18C sangat diunggulkan karena bisa “beradaptasi” pada jalur rel dengan lebar sepur berbeda. Khusus U-18C dianggap paling cocok untuk lebar sepur sempit, seperti di Indonesia dan Afrika Selatan (1067 mm).
Image result for ge u-18c sar
Lokomotif South Africa Railway

Lokomotif U-18C ini bahkan dianggap sebagai dasar desain dari lokomotif U-20C yang kini menggunakan mesin GE 7FDL-12 seperti yang dipakai perkeretaapian Selandia Baru. Khusus untuk kereta api di Afrika Selatan, GE membuat varian U-18C yaitu U-18C1s. Mesin GE 7FDL bersistem DC-DC dengan mesin V-8 supercharged ini tampaknya memang berdaya tahan prima dan mudah dirawat. Faktor inilah yang dijadikan alasan kuat, sehingga Indonesia lebih memilihnya sebagai lokomotif utama selama kurun waktu 1977-1995. Bahkan hingga kini legenda keperkasaan lokomotif CC 201 tak lenyap meski PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sudah mendatangkan lokomotif CC 202, CC 203, CC 204, CC 205, bahkan CC 206. Si Kuda Perkasa CC 201 ini tetap mampu bersanding saling bahu-membahu bersama saudaranya yang lebih muda, meski kemampuan daya tariknya berada di bawahnya. Sayang dan cintanya PT. Kereta Api Indonesia (Persero) terhadap lokomotif CC 201 ini terlihat dalam program upgrade dan repowering lokomotif ini agar memiliki tenaga sekuat CC 203 dan CC 204. Di pabrik lokomotif GE, lokomotif bermesin GE 7FDL ini mulai diperkenalkan ke pasar dunia pada tahun 1976. Indonesia mulai mengimpornya tahun 1977.

Di tingkat dunia kemampuan mesin GE 7FDL memang diakui dan telah digunakan pada 15.000 lokomotif dunia di 20 negara. Ada tiga jenis mesin GE 7FDL, yaitu: Mesin GE 7FDL-8 (1420-2150 HP) yang digunakan pada lokomotif seri U-13B hingga U-18C; Mesin GE 7FDL-12 (2150-2390 HP) yang digunakan lokomotif seri U-20C hingga U-22C; dan Mesin GE 7FDL-16 (4100-4500 HP) digunakan pada lokomotif unggulan GE, termasuk Blue Tiger (Pakistan, Malaysia, dan Jerman), serta TE10 dan TE114 (Rusia).

 Image result for ge blue tiger germany locomotive
Lokomotif Blue Tiger di Jerman

Mesin GE 7FDL memiliki beragam keunggulan diantaranya: daya tahan mesin lebih lama, irit BBM, hemat perawatan, tetap bekerja di ketinggian 3000 m, dan emisi gas buang dibawah standar EPA, Kyoto, dan standar UIC (Union Internationale des Chemins de Fer).