Lokomotif
CC 201 77 07
Sebelum diberi nama lokomotif CC 201, di tingkat perkeretaapian dunia
lokomotif andalan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) ini dikenal dengan sebutan
lokomotif U-18C. Lokomotif hasil rekayasa para desain engineer pabrik lokomotif
General Electric (GE), Amerika Serikat ini, sangat prima sehingga banyak
diimpor oleh berbagai negara, diantaranya: Brazil, Argentina, Nigeria,
Mozambik, dan Turki. Lokomotif ini banyak diekspor GE ke Afrika Selatan dan
digunakan oleh South Africa Railway (SAR). Lokomotif U-18C bersaing ketat
dengan lokomotif buatan ALCO seri DL500 yang juga memiliki tenaga 1950/1800 HP.
Seri U-18C artinya adalah: U= Universal Series; 18= bertenaga 1800 HP;
dan C adalah konfigurasi gandar penggerak Co’-Co’ (3+3). Lokomotif seri ini
diminati pasar dunia karena kekuatannya. Lokomotif keluarga seri U ini diberi
mesin diesel seri GE 7FDL-8, sehingga mampu berlari sekitar 100 km/h. Lokomotif
U-18C adalah bagian dari keluarga besar lokomotif seri U.
Lokomotif-lokomotif seri U lainnya, adalah: U-4B, U-6B, U-9B, U-9C, U-12B,
U-12C, U-18B, U-18C, dan UD-18B. Pabrik lokomotif GE sudah memproduksi seri earlier locomotives ini sejak tahun 1956
di Arie, Pennsylvania, Amerika Serikat. Tujuh dari seri tersebut yaitu: U-4B,
U-6B, U-9B, U-9C, U-12B, U-12C, dan U-18C sangat diunggulkan karena bisa
“beradaptasi” pada jalur rel dengan lebar sepur berbeda. Khusus U-18C dianggap
paling cocok untuk lebar sepur sempit, seperti di Indonesia dan Afrika Selatan
(1067 mm).
Lokomotif South Africa Railway
Lokomotif U-18C ini bahkan dianggap sebagai dasar desain dari lokomotif
U-20C yang kini menggunakan mesin GE 7FDL-12 seperti yang dipakai
perkeretaapian Selandia Baru. Khusus untuk kereta api di Afrika Selatan, GE
membuat varian U-18C yaitu U-18C1s. Mesin GE 7FDL bersistem DC-DC dengan mesin
V-8 supercharged ini tampaknya memang
berdaya tahan prima dan mudah dirawat. Faktor inilah yang dijadikan alasan
kuat, sehingga Indonesia lebih memilihnya sebagai lokomotif utama selama kurun
waktu 1977-1995. Bahkan hingga kini legenda keperkasaan lokomotif CC 201 tak lenyap
meski PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sudah mendatangkan lokomotif CC 202,
CC 203, CC 204, CC 205, bahkan CC 206. Si Kuda Perkasa CC 201 ini tetap mampu
bersanding saling bahu-membahu bersama saudaranya yang lebih muda, meski
kemampuan daya tariknya berada di bawahnya. Sayang dan cintanya PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) terhadap lokomotif CC 201 ini terlihat dalam program upgrade dan repowering lokomotif ini agar memiliki tenaga sekuat CC 203 dan CC
204. Di pabrik lokomotif GE, lokomotif bermesin GE 7FDL ini mulai diperkenalkan
ke pasar dunia pada tahun 1976. Indonesia mulai mengimpornya tahun 1977.
Di tingkat dunia kemampuan mesin GE 7FDL memang diakui dan telah digunakan
pada 15.000 lokomotif dunia di 20 negara. Ada tiga jenis mesin GE 7FDL, yaitu:
Mesin GE 7FDL-8 (1420-2150 HP) yang digunakan pada lokomotif seri U-13B hingga
U-18C; Mesin GE 7FDL-12 (2150-2390 HP) yang digunakan lokomotif seri U-20C
hingga U-22C; dan Mesin GE 7FDL-16 (4100-4500 HP) digunakan pada lokomotif
unggulan GE, termasuk Blue Tiger
(Pakistan, Malaysia, dan Jerman), serta TE10 dan TE114 (Rusia).
Lokomotif Blue Tiger di Jerman
Mesin GE 7FDL memiliki beragam keunggulan diantaranya: daya tahan mesin
lebih lama, irit BBM, hemat perawatan, tetap bekerja di ketinggian 3000 m, dan
emisi gas buang dibawah standar EPA, Kyoto, dan standar UIC (Union
Internationale des Chemins de Fer).